Sehari sebelum kembali ke Indonesia, Tristan Alif Naufal sempat menghadap Retno Marsudi, Duta Besar RI di Belanda. Pertemuan pada 7 November di kantor KBRI di Den Haag memunculkan harapan baru.
Sepakbolanda melihat bahwa pihak KBRI memantau perkembangan Alif sejak sebelum berangkat ke Belanda maupun sambutan positif dari Akademi Ajax mengenai Alif.
Pukul 13.00 siang Alif Naufal, ortu Ivan dan Irma beserta Matias Ibo selaku pembimbing dan Andika Suksmana sebagai sponsor tiba di kantor kedutaan besar Indonesia di Den Haag yang terletak di Tobias Asserlaan no. 8.
Sepakbolanda hadir pula bersama rekan Junito Drias dari Indonesienu.nl, sebagai awak media yang mengabadikan peristiwa itu dalam video dan tulisan di website.
Kami turut menghadiri pertemuan yang berlangsung akrab itu. Retno Marsudi menyatakan gembira dengan prestasi Alif yang mendapat undangan dari klub sepakbola sekelas Ajax Amsterdam.
Sebelum masuk ke ruang dinas Dubes, Alif sempat memperagakan kebolehannya jugling di depan Dubes Retno dan pejabat KBRI, Danang Waskito, First secretary dan Bonifatius Herindra, Minister Counsellor. Sontak saja penampilan olah bola itu mendapat sambutan antusias.
Di tengah kesibukan mempersiapkan kunjungan Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte ke Indonesia, Dubes Retno dalam sambutannya mengatakan dirinya mementingkan pertumbuhan bakat Alif sebagai bakat sepak bola maupun sebagai anak-anak.
Ia menyebutkan bahwa dimanapun Alif kelak mengembangkan bakat sepakbolanya, dia sebaiknya tetap di tengah orang tuanya. Retno tidak mendukung gagasan menempatkan Alif di keluarga angkat di Belanda tanpa orang tuanya.
Andika Suksmana, selaku perwakilan Alif menyampaikan bahwa misi ke Belanda yang sudah dicanangkan sepekan itu bisa dikatakan berhasil. Alif bisa mengikuti latihan dengan tim junior di Akademi Ajax dan pihak Ajax pun sudah positif. "Pintu yang terbuka ini, memunculkan tahapan berikutnya, yaitu mencari cara agar Alif punya izin tinggal di Belanda."
Sepakbolanda melihat bahwa Ajax sebagai klub profesional, belum bisa dan tidak boleh memberikan bentuk jaminan kepada anak bawah usia 16 tahun. Hal itu bertentangan dengan kebijakan FIFA menyangkut perdagangan dan perbudakan anak.
Dengan kata lain, maka Alif sebaiknya mendapatkan izin tinggal di Belanda sebagai anak yang ikut orang tua memiliki izin kerja di Belanda. Kasus seperti yang dialami Yussa Nugraha.
Ivan Trianto, ayah Alif menyampaikan harapan yang sangat agar pihak KBRI maupun pemerintah Indonesia bisa membantu merealisaskan cita-cita Alif mendalami sepak bola di Belanda.
"Jika Alif membuktikan mampu tembus akademi kondang Ajax, maka anak-anak sebaya di Indonesia akan terinspirasi untuk berlatih keras dan menjadi bintang-bintang harapan baru sepak bola Indonesia."
Dalam tanggapannya Dubes Retno selaku perwakilan pemerintah Indonesia menyatakan tidak bisa mengambil keputusan untuk memberikan jaminan izin tinggal kepada orang tua Alif di Belanda.
"Pemerintah di Jakarta, khususnya Kemenpora lebih berwenang untuk memutuskan tentang hal ini. Saya akan menyampaikan perkembangan ini kepada Mas Roy (Roy Suryo red.)," ungkap Dubes Retno di depan para tamu.
Sekolah
Namun demikian Dubes RI di Belanda yang juga mantan Dubes di Norwegia itu menyangguhi untuk memberikan bimbingan Alif mengikuti pendidikan di Sekolah Indonesia Nederland SIN yang menggunakan kurikulum Indonesia. Dengan syarat jika urusan izin tinggal sudah beres.
PR
Masih cukup banyak PR yang harus dikerjakan Alif dan teamnya tibanya kembali di Indonesia. Satu pulau, meyakinkan Ajax sudah sukses dilalui, muncul tantangan baru untuk mendapatkan izin tinggal ikut orang tua. Untuk itu dibutuhkan bantuan dan doa semua pihak yang cinta sepak bola dengan tulus.
Acara ramah tamah, siang itu ditutup dengan jamuan makan siang. Nasi Rames, yang sederhana tapi rasanya maknyoss.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar