Nama Rishi Salmah mencuat kembali di Indonesia. Senin lalu striker SC Buitenveldert Amsterdam ini bergabung dalam pemusatan latihan di bersama Tim Nasional Indonesia bawah 22 tahun.
Beberapa hari silam, kepada Sepakbolanda, Rishi memang mengatakan akan ke Jakarta bersama kenalan bernama Souhail. Tetapi tidak menyebutkan akan ikut pelatihan ini.
Sebenarnya Sepakbolanda berharap-harap cemas apakah di usianya yang masih 18 tahun ini, dia tidak terlalu muda untuk masuk timnas U22.Memang cita-cita bergabung dengan timnas ini sudah disampaikan kepada Sepakbolanda sejak satu setengah tahun lalu, Februari 2011. Dalam sebuah pertemuan yang diabadikan dalam tayangan video Radio Nederland. Dia sempat 'nekad' ke Jakarta mencari klub dan melakukan berbagai uji coba di Jakarta dan Surabaya.
Namun setelah dua bulan di Indonesia, paroh 2011 akhirnya Rishi Salma kembali ke Belanda. Dengan alasan belum menemukan klub di Indonesia dan juga masih ingin merampungkan sekolahnya.
Peringatan
Seperti tampak pada video ini, wartawan Sepakbolanda sudah mewanti-wanti untuk berpikir dua kali bila ingin melanjutkan karir sepak bola di Indonesia pada usia yang sangat muda (17 tahun.) Mengingat kompetisi di usia itu di Indonesia masih belum seoptimal di Belanda. Alangkah baiknya kalau dia mematangkan diri dulu di Eropa, sebelum terjun di liga Indonesia.
Rishi sudah menyatakan niatnya untuk bermain di timnas Indonesia U19. Seperti pada tulisan di bawah ini.
"Bakat 17 tahun memilih ikut orangtua ke Indonesia dan melanjutkan karir sepak bola di sana. Apakah ini pilihan tepat, meninggalkan Belanda pusatnya sekolah sepak bola?
Setelah rampung sekolah menengah, Juni 2011 Rishi Salmah segera berangkat ke Indonesia ikut orang tuanya yang kembali ke Indonesia setelah dua puluhan tahun di Belanda. Ayahnya yang pengusaha keturunan Pakistan Inggris akan membuka usaha di Singapura. Sedangkan Nadia, ibunya akan tinggal seterusnya di Jakarta.
Bagi remaja kelahiran 1 Februari 1994, tidak ada pilihan lain kecuali ikut orang tua dan adiknya Jay dan melanjutkan karir di Indonesia. "Saya ingin sekali bermain untuk timnas Indonesia, U-19. Kalau Irfan Bachdim bisa memperkuat timnas Indonesia, berarti saya juga bisa." ungkap remaja 182 cm ini yakin.
Striker Produktif
Striker jangkung ini bermain di kompetisi B1 (usia 17 sd 19 tahun) di klub amatir Amsterdam, SC Buitenveldert. Selama setengah musim dia sudah berhasil menyarangkan 15 gol di kompetisi regional.
Ia pun yakin mampu bermain di klub prof. "Saya sudah 11 tahun bermain sepakbola dan beberapa kali ditawari main di klub besar seperti HFC Haarlem. Tapi terganjal sekolah dan juga sempat cedera."
Pilihan kembali ke Jakarta menjadi mudah karena beberapa hal. Sebagian besar keluarga tinggal di ibukota. Dan mereka memberi dorongan semangat "Saudara-saudara di Indonesia yakin, saya tidak akan kesulitan bermain di salah satu klub Indonesia." Striker muda ini cukup fasih berbahasa Indonesia, karena pernah tinggal enam bulan di 2008. Tapi masih belum tahu soal klub-klub di Indonesia.
Disayangkan
Keputusan kembali ke Indonesia didasari nekad dan cinta keluarga. Padahal di klubnya sekarang ini dia mendapat ilmu sepakbola yang bagus. Walaupun bukan sekelas Ajax tapi SC Buitenveldert cukup sering menggelar pelatihan sepakbola. "Pemain Ajax Amsterdam sering memberi pelatihan di sini. Klub kami juga dikenal di AC Milan," ungkap René Blokland salah satu pelatih Rishi.
AC Milan
Pemuda keturunan Indonesia ini juga beruntung punya bekal bagus karena mendapat titisan ilmu dari pelatih Harvey Esajas, mantan pemain AC Milan Italia. "Kalau melihat itunya memang sayang meninggalkan Belanda. Tapi secara batin kurang nyaman kalau jauh dari orang tua."
Nadia Salmah sang ibu kepada Radio Nederland mengatakan yakin putranya bisa melanjutkan karir sepakbola di Indonesia. Dan bagi Nadia, pendidikan formal sekolah lebih penting ketimbang sepakbola. "Dia boleh saja sepakbola tapi harus tetap mengutamakan sekolah."
95% Gagal
Sebuah pemikiran yang tidak keliru, apalagi melihat angka statistik di Belanda. Dari 100 bakat sepakbola usia remaja, hanya 5 yang benar-benar meraih sukses sampai di liga utama dan kedua. Mungkin angka itu juga berlaku di Indonesia.
Walau peluangnya kecil, tapi Rishi tidak patah semangat. Ia yakin bisa menemukan klub Indonesia yang mengakui bakatnya. "Saya tidak suka banyak bicara, tapi ingin memperlihatkan kemampuan saya. Semoga saja ada klub yang ingin mencoba," tegasnya kepada Sepakbolanda.com dan Radio Nederland."
"Bakat 17 tahun memilih ikut orangtua ke Indonesia dan melanjutkan karir sepak bola di sana. Apakah ini pilihan tepat, meninggalkan Belanda pusatnya sekolah sepak bola?
Setelah rampung sekolah menengah, Juni 2011 Rishi Salmah segera berangkat ke Indonesia ikut orang tuanya yang kembali ke Indonesia setelah dua puluhan tahun di Belanda. Ayahnya yang pengusaha keturunan Pakistan Inggris akan membuka usaha di Singapura. Sedangkan Nadia, ibunya akan tinggal seterusnya di Jakarta.
Bagi remaja kelahiran 1 Februari 1994, tidak ada pilihan lain kecuali ikut orang tua dan adiknya Jay dan melanjutkan karir di Indonesia. "Saya ingin sekali bermain untuk timnas Indonesia, U-19. Kalau Irfan Bachdim bisa memperkuat timnas Indonesia, berarti saya juga bisa." ungkap remaja 182 cm ini yakin.
Striker Produktif
Striker jangkung ini bermain di kompetisi B1 (usia 17 sd 19 tahun) di klub amatir Amsterdam, SC Buitenveldert. Selama setengah musim dia sudah berhasil menyarangkan 15 gol di kompetisi regional.
Ia pun yakin mampu bermain di klub prof. "Saya sudah 11 tahun bermain sepakbola dan beberapa kali ditawari main di klub besar seperti HFC Haarlem. Tapi terganjal sekolah dan juga sempat cedera."
Pilihan kembali ke Jakarta menjadi mudah karena beberapa hal. Sebagian besar keluarga tinggal di ibukota. Dan mereka memberi dorongan semangat "Saudara-saudara di Indonesia yakin, saya tidak akan kesulitan bermain di salah satu klub Indonesia." Striker muda ini cukup fasih berbahasa Indonesia, karena pernah tinggal enam bulan di 2008. Tapi masih belum tahu soal klub-klub di Indonesia.
Disayangkan
Keputusan kembali ke Indonesia didasari nekad dan cinta keluarga. Padahal di klubnya sekarang ini dia mendapat ilmu sepakbola yang bagus. Walaupun bukan sekelas Ajax tapi SC Buitenveldert cukup sering menggelar pelatihan sepakbola. "Pemain Ajax Amsterdam sering memberi pelatihan di sini. Klub kami juga dikenal di AC Milan," ungkap René Blokland salah satu pelatih Rishi.
AC Milan
Pemuda keturunan Indonesia ini juga beruntung punya bekal bagus karena mendapat titisan ilmu dari pelatih Harvey Esajas, mantan pemain AC Milan Italia. "Kalau melihat itunya memang sayang meninggalkan Belanda. Tapi secara batin kurang nyaman kalau jauh dari orang tua."
Nadia Salmah sang ibu kepada Radio Nederland mengatakan yakin putranya bisa melanjutkan karir sepakbola di Indonesia. Dan bagi Nadia, pendidikan formal sekolah lebih penting ketimbang sepakbola. "Dia boleh saja sepakbola tapi harus tetap mengutamakan sekolah."
95% Gagal
Sebuah pemikiran yang tidak keliru, apalagi melihat angka statistik di Belanda. Dari 100 bakat sepakbola usia remaja, hanya 5 yang benar-benar meraih sukses sampai di liga utama dan kedua. Mungkin angka itu juga berlaku di Indonesia.
Walau peluangnya kecil, tapi Rishi tidak patah semangat. Ia yakin bisa menemukan klub Indonesia yang mengakui bakatnya. "Saya tidak suka banyak bicara, tapi ingin memperlihatkan kemampuan saya. Semoga saja ada klub yang ingin mencoba," tegasnya kepada Sepakbolanda.com dan Radio Nederland."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar