Kekalahan 0-6 yang diderita timnas Indonesia U23, Jum' at silam memicu reaksi beragam. PSSI dinilai tidak mampu menyiapkan tim muda yang baik. Ada pula yang menyalahkan pelatih Aji Santoso yang sudah dua kali menelan kalah telak 10-0 dan 0-6. Namun ada juga yang membela dengan menjadikan kekalahan di GBK itu sebagai pelajaran.
PelajaranSoal pelajaran, mungkin ada baiknya menggali kembali sejarah masa silam ketika timnas Garuda pada tahun 2005 melakukan Pemusatan Latihan selama enam bulan di Belanda.
Sepakbolanda jadi ingat nama Foppe de Haan, ketika seorang kawan dunia maya bernama Jack L. Howard menanyakan kemungkinan mengirim timnas Indonesia ikut pelatihan lagi di Belanda.
Dulu de Haan pelatih sohor Belanda dipercayai menempa skuad U23 mempersiapkan turnamen besar di Asian Games Qatar 2006.
Sepakbolanda sempat berbincang dengan Foppe de Haan mengingat kembali masa dia melatih timnas Indonesia. Semoga temuanya bisa menjadi pelajaran berguna.
Masalah Seleksi
Kepada sepakbolanda, Foppe mengatakan bahwa dia tidak punya kesempatan meramu dan memilih sendiri pemain.“Kami mendapat tim yang sudah diseleksi dari Indonesia. Kami tidak bisa memilih sendiri pemain yang bagus. Itu masalah besar,” ungkap Foppe de Haan kepada Sepakbolanda.
Pemain Titipan
Foppe menduga ada pemain ‘titipan’ di dalamnya. “Kemungkinan ada pengaruh KKN. Sebab belakangan kami dengar ada pemain-pemain lebih bagus yang tidak terseleksi.” Pelatih yang sukses mengantarkan U-21 Belanda dua kali berturut menjuarai Piala Eropa itu berharap seorang pelatih bisa menyaring sendiri pemainnya.
Kambing Hitam
Menurut mantan pelatih SC Heerenveen itu beban lain yang harus dipikul adalah tekanan politik. De Haan wanti-wanti, jangan sampai sepakbola terlalu kental kepentingan politik.
“Di sana ada kalangan yang mempertaruhkan prestisenya di timnas. Walaupun timnya lemah, mereka tidak mau tahu, yang penting hasilnya harus bagus. Kalau tim gagal, maka yang lebih mudah dikambinghitamkan adalah pelatih, untuk menghindar agar dia sendiri tidak jadi kambing hitam.”
Masalah Fisik
Untuk jangka panjang, pelatih senior yang pernah bertugas meloloskan Tuvalu negeri kerdil di Polinesia jadi anggota FIFA itu, yakin sepak bola Indonesia mampu mengimbangi negeri tangguh. Dengan syarat ada kesabaran dan kemauan tinggi. “Sebab pemain muda Indonesia punya motivasi bagus. Haus pengetahuan, didasari teknik individu yang mumpuni. Hanya fisik dan taktis yang harus ditingkatkan.”
Struktur
Caranya menurut penyandang gelar Bangsawan Kerajaan Belanda itu, Indonesia harus membangun dasar pelatihan usia muda yang baik, fasilitas pelatihan yang memadai, kompetisi mapan dan pelatih yang handal. Itu semua harus terstruktur.
Soal program pelatihan dia pernah bicara soal ini.
“Beberapa tahun lalu saya pernah menjajaki bersama Rahim (Sukasah red) untuk membangkitkan pelatihan usai muda. Dia punya visi bagus, sabar dan tahu apa yang diharapkan. Masalah muncul ketika banyak hambatan dan halangan untuk realisasinya. Kemudian rencana itu menghilang dan saya tidak dengar apa-apa lagi,” ungkapnya kepada Sepakbolanda.
Tegas dan Profesional
Ketika dimintai saran, pria kelahiran 26 Juni 1943 kepada Sepakbolanda mengatakan bahwa syarat yang harus dimiliki setiap pelatih timnas adalah kejelasan dari awal. “Minta kejelasan soal seleksi pemain dan mendapatkan staf yang bisa dipercaya. Lantas pemain sendiri perlu sering latihan lawan tim-tim tangguh. Mereka juga harus lebih profesional, kalau sedang bermain jangan sampai konsentrasi terpengaruh keputusan wasit,” pungkas pelatih yang sohor menangani bakat muda itu.