Kongres Luar Biasa PSSI menghasilkan keputusan yang bisa menghindarkan sepak bola Indonesia dari sanksi federasi sepak bola dunia, FIFA. Salah satu perubahan pasca kongres adalah munculnya duet Rahmad Darmawan (RD) dan Jacksen Tiago sebagai tim pelatih baru timnas Indonesia. Perubahan ini juga berimbas pada pencoretan Stefano Lilipaly.
Banyak Ditanya
Sepakbolanda terpanggil mengomentari pencoretan Stefano Lilipaly dari seleksi 28 pemain timnas asuhan duet pelatih baru. Sepakbolanda tidak bisa diam lagi, karena terlalu banyak kawan di media sosial yang bertanya. Mereka meminta pendapat, tentang pencoretan pemain keturunan Indonesia yang pernah membobol gawang PSV Eindhoven, ketika masih di FC Utrecht.
Tidak Marah
Banyak menduga Sepakbolanda yang dikenal dekat dengan para pemain keturunan Indonesia di Belanda, akan marah atau gusar atau kecewa dengan pencoretan Lilipaly dari timnas Indonesia menghadapi Arab Saudi. Terlebih lagi karena Stefano sudah melakukan pengorbanan merelakan gajinya di Almere City FC dipotong, karena memaksa meninggalkan klub demi timnas Garuda.
Tolak Belakang
Ketika Sepakbolanda mendengar berita pencoretan Stefano, reaksinya bukan marah tetapi penasaran ingin tahu argumen atau alasannya. Alasan yang digunakan RD, karena Stefano tersandung urusan administrasi. Namun di saat yang hampir sama muncul penyangkalan dari Habil Marati, pejabat BTN (Badan Tim Nasional) yang selama ini mengurusi administrasi WNI Stefano. Habil menyebutkan bahwa urusan administrasi sudah rampung dan tidak ada masalah.
Administrasi
Dengan jawaban yang simpang siur itu, sepakbolanda malah menjadi bingung. Mereka sesama dari PSSI tapi jawabannya kok bertolak belakang. Membingungkan lagi adalah jawaban coach RD yang menyebutkan alasan pencoretan pemain, bukan teknis atau skill sepak bolanya tetapi administrasinya. Bukankah urusan dokumen adalah tugas orang lain? Sebenarnya akan lebih mudah dicerna kalau pelatih menyebutkan :"Dia dicoret karena staminanya jelek, mainnya tidak bagus dan skillnya kacau."
Tidak Kaget
Sepakbolanda tidak kaget kalau ada pemain bagus tidak lolos timnas. Bisa saja kalau Stefano dinilai tidak pas dalam komposisi timnas racikan Rahmad Darmawan dan Jacksen. Secara taktis itu bisa terjadi.
Sepakbolanda teringat dengan Clarence Seedorf pemain sepak bola paling sukses Belanda. Meraih empat gelar juara Champions League dengan tiga klub berbeda. Namun demikian dia sudah sejak 2003 lalu tidak lagi dipanggil main di timnas Belanda, dengan alasan tidak cocok dengan team. Padahal tahun itu adalah puncak kehebatan Seedorf.
Kualitas
Sebagai pendukung timnas Garuda, sepakbolanda mendukung kontribusi pemain keturunan Indonesia di luar negeri yang memiliki kualitas di atas rata-rata. Namun demikian pemain yang sudah memiliki track record bagus di klubnya belum berarti bisa langsung masuk timnas. Sepakbolanda pastinya mendukung jika pemain keturunan diberi kesempatan menjalani prosedur seleksi timnas terlebih dahulu. Penentuan akhirnya adalah tanggungjawab pelatih timnas.
Bos Besar
Sepakbolanda tidak bisa memberikan pendapat tentang adanya suara-suara yang menyebutkan bahwa ada 'bos besar' menyetir pelatih untuk menyeleksi pemain-pemain titipan. Kalaupun itu ada, sepakbolanda yakin bahwa komposisi ini adalah jalan kompromi untuk meredam konflik lebih parah lagi. Sisa-sisa kubu kisruh mungkin menghitung berapa pemain mereka yang diseleksi dalam timnas. Untuk amannya, maka pelatih memilih komposisi yang paling bisa memuaskan banyak pihak.
Bagi pemain keturunan di Eropa sebenarnya tidak meminta diperlakukan istimewa dalam urusan seleksi. Setelah berbincang dengan belasan pemain keturunan di Belanda, sepakbolanda bisa menyimpulkan bahwa mereka hanya membutuhkan kejelasan saja. Jawaban simpang siur seperti dalam kasus Stefano tadi, sangat membuat mereka kecewa dan bingung.
Sepakbolanda menilai, untuk kali ini Stefano harus menelan pil pahit, karena menjadi sasaran paling gampang untuk dipinggirkan. Tidak ada pihak 'kelas berat' yang akan protes. Beginilah mungkin faktanya, ketika susunan pemain dibuat berdasarkan pemuasan berbagai pihak, dan kwalitas di-nomor-dua-kan.
Jika demikian, maka tidak heran kalau 23 Maret nanti Garuda akan kedodoran menghadapi timnas Arab Saudi. Tim besutan Juan Ramón López Caro sudah membuktikan mampu menumpas Malaysia dengan telak 4-1. Lebih menarik nanti mengamati respon pelatih timnas Indonesia pasca pertandingan lawan Arab Saudi.
"Hasil ini kurang memuaskan, karena waktu persiapannya yang sangat pendek."
Terkait:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar