Ketika ditemui di rumah ortuanya di Roermond Belanda Selatan, dia sedang mempersiapkan berbagai keperluan untuk di Medan. Pemuda lajang 175 cm itu sedang mengemas pakaian dan sepatu. Ia sudah tidak sabar menunjukkan kebolehan di liga baru Indonesia yang digulir mulai 8 Januari ini.
Trio Belanda
Kepada Sepakbolanda.com, defender kelahiran 22 Juni 1991 itu mengatakan sudah pada tahap akhir perundingan dengan pengusaha Sihar Sitorus, pemilik Medan Chiefs. "Tinggal beberapa hal kecil yang masih diselesaikan. Tapi pada prinsipnya kami sudah sepaham." Bila lancar Ferd akan bergabung dengan dua rekannya dari Belanda yang sudah menandatangani kontrak, Bryan Brard dan Dane Brard.
Batak Mudik
Proses perekrutan Ferd Pasaribu ke Medan Chiefs itu berlangsung sangat cepat, hanya dalam tempo dua pekan. Sihar Sitorus kepada Radio Nederland menyatakan sangat mengharapkan putra kedua pasangan Fred dan Arieanne Pasaribu itu bisa memberi warna istimewa di skuad yang berbasis di tanah Batak itu. "Saya sendiri Batak yang lahir dan besar di Jakarta, Ferd pemuda Batak yang lahir dan besar di Roermond Belanda. Kami akan bertemu di Medan."
Irfan Bachdim
Beberapa hal Ferd Pasaribu menyerupai Irfan Bachdim. Ayah mereka Nouval dan Fred lahir di Indonesia. Kesamaan lain Ferd dan Irfan, keduanya tidak fasih berbahasa Indonesia, namun punya kedekatan dengan Indonesia. Ferd yang lebih cenderung bersifat pendiam itu sudah sejak kecil menyimpan patung garuda di dinding kamarnya. Dan dia juga menyimpan replika kaos timnas di lemari bajunya. "Kepada Radio Nederland dia mengatakan sangat bangga jika menyandang seragam "Garuda di Dadanya." Jadi tidak heran ketika ia sesumbar ingin memperkuat lini pertahanan timnas Indonesia dalam tiga atau empat tahun ke depan.
Matang di Fortuna
Irfan dan Ferd sejak kecil sama-sama sudah akrab dengan si kulit bundar. Menurut Arianne, sejak kecil Ferd tidak pernah lepas dari bola. "Sejak baru belajar lari, dia selalu membawa bola ke mana-mana." Ia memiliki skil dan tehnik yang bagus. Walaupun baru 19 tahun namun pemuda yang cenderung pemalu ini, sudah punya pengalaman 8 tahun mengenyam kompetisi berbagai level bersama Fortuna Sittard.Terakhir dia bergabung dengan skuad utama Fortuna, walaupun bukan sebagai starter 11.
Berbeda dengan Irfan yang menghuni posisi striker, Ferd sejak usia 5 tahun mendiami pertahanan."Sejauh saya ingat, selalu di lini pertahanan. Tapi kalau perlu saya bisa naik membantu serangan dan memberi passing." Dari pembicaraan selama satu jam itu Radio Nederland menangkap kesan pemuda ini penuh dengan ambisi ingin memberikan segalanya untuk sepakbola.
Lupakan Timnas!!
Tapi dia tidak faham, bahwa sepakbola Indonesia berbeda dengan di Belanda. Budayanya juga tidak sama, dan dia sama sekali tidak tahu bahwa PSSI lain sekali dengan KNVB. Mungkin ada baiknya bicara dengan Irfan dulu bila Persema ketemu Medan Chiefs di LPI. Supaya bisa mendengarkan pengalaman manis dan terutama getirnya berkontribusi untuk bangsa dan negara. Karena seperti yang menimpa Irfan, tampaknya tidak akan ada tempat untuk mu di timnas Indonesia, Ferd. Lupakan saja!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar