Segalanya menjadi jelas setelah mengunjungi Irfan di rumah ortunya di Mijdrecht. Aku mulai memahami duduk perkara ungkapan itu ketika mendengar langsung dari mulut Irfan sendiri.
Ungkapan yang meluncur itu berkaitan dengan emosi yang muncul karena dia merasa kecewa harus membaca “pencoretan” dirinya dari seleksi PSSI U-23 yang berangkat ke Qatar, lewat internet. Ketika dalam kondisi kecewa berat itulah ungkapan tidak mau lagi main untuk Indonesia, itu keluar dari mulut remaja berukuran tubuh 172 cm itu.
Ungkapan yang meluncur itu berkaitan dengan emosi yang muncul karena dia merasa kecewa harus membaca “pencoretan” dirinya dari seleksi PSSI U-23 yang berangkat ke Qatar, lewat internet. Ketika dalam kondisi kecewa berat itulah ungkapan tidak mau lagi main untuk Indonesia, itu keluar dari mulut remaja berukuran tubuh 172 cm itu.
“Saya tidak mendengar langsung dari pihak PSSI atau Staf Teknis tentang tidak jadi ke Qatar. Kenapa saya harus membacanya lewat internet? Karena emosi, saya mengatakan bahwa kalau caranya begitu ngapain juga aku membela Indonesia,” tutur Irfan.
“Menarikdiri” dari peranserta untuk sepak bola Indonesia diungkapkan semata karena emosi akibat kekecewaan yang luar biasa.
BanggaSetelah itu ia menyesali:”Sejatinya saya harus bangga untuk bisa memperkuat Indonesia.”Sikap “mutung” itu lenyap kembali seperti salju yang diterpa terik mentari, ketika ia mendapat penjelasan dari seorang asisten pelatih Foppe de Haan. Orang dekat Foppe ini menjelaskan duduk perkaranya kepada Irfan dalam perbincangan yang akrab.
Lewat orang inilah Irfan untuk pertama kali mengetahui duduk perkara sebenarnya mengapa dia dicoret dari skuad yang ke Qatar. Dipaparkan bahwa ketika PSSI harus memasukkan daftar nama ke Asian Games di awal Oktober 2006, Irfan ditempatkan di posisi ke 21 karena kondisinya waktu itu masih belum pulih sepenuhnya dari cedera enkel.
Setelah mendapat penjelasan itu maka Irfan pun tidak lama lagi menyandang rasa “mutung” dan kecewa. “Sayang sekali, karena ini adalah kesempatan emas untuk bisa berbuat sesuatu untuk negara. Tapi saya bisa memahami keputusan itu, karena memang saya sedang cedera ketika daftar pemain harus dimasukkan. Mereka (PSSI dan tim teknis) memilih aman. Saya rasa ada dua kemungkinan satu sisi mereka memilih aman, dan di sisi lain itu sangat sayang sekali.” demikian penuturan Irfan.
JawabanKedua orang tua Irfan bangga bila menyaksikan Irfan gembira, tidak masalah dalam hal apa saja. Sejauh ini Irfan sudah dua kali pergi ke Indonesia, dan dia merasa masih ingin membela Indonesia. Dia tidak patah semangat. “Saya masih 18 tahun dan dua tahun lagi umur saya masih 20 tahun. Siapa tahu dua tahun lagi saya bisa bergabung lagi dengan timnas U-23 dalam turnamen besar lainnya,” demikian ungkap Irfan seraya menerawang langit-langit.
Perbincangan sore indah yang memberi titik terang akan pertanyaan besar:
Apakah Irfan tidak mau lagi main untuk Indonesia? Jawaban Irfan “Setiap saat Indonesia memerlukan, saya akan datang.” djenol
“Menarikdiri” dari peranserta untuk sepak bola Indonesia diungkapkan semata karena emosi akibat kekecewaan yang luar biasa.
BanggaSetelah itu ia menyesali:”Sejatinya saya harus bangga untuk bisa memperkuat Indonesia.”Sikap “mutung” itu lenyap kembali seperti salju yang diterpa terik mentari, ketika ia mendapat penjelasan dari seorang asisten pelatih Foppe de Haan. Orang dekat Foppe ini menjelaskan duduk perkaranya kepada Irfan dalam perbincangan yang akrab.
Lewat orang inilah Irfan untuk pertama kali mengetahui duduk perkara sebenarnya mengapa dia dicoret dari skuad yang ke Qatar. Dipaparkan bahwa ketika PSSI harus memasukkan daftar nama ke Asian Games di awal Oktober 2006, Irfan ditempatkan di posisi ke 21 karena kondisinya waktu itu masih belum pulih sepenuhnya dari cedera enkel.
Setelah mendapat penjelasan itu maka Irfan pun tidak lama lagi menyandang rasa “mutung” dan kecewa. “Sayang sekali, karena ini adalah kesempatan emas untuk bisa berbuat sesuatu untuk negara. Tapi saya bisa memahami keputusan itu, karena memang saya sedang cedera ketika daftar pemain harus dimasukkan. Mereka (PSSI dan tim teknis) memilih aman. Saya rasa ada dua kemungkinan satu sisi mereka memilih aman, dan di sisi lain itu sangat sayang sekali.” demikian penuturan Irfan.
JawabanKedua orang tua Irfan bangga bila menyaksikan Irfan gembira, tidak masalah dalam hal apa saja. Sejauh ini Irfan sudah dua kali pergi ke Indonesia, dan dia merasa masih ingin membela Indonesia. Dia tidak patah semangat. “Saya masih 18 tahun dan dua tahun lagi umur saya masih 20 tahun. Siapa tahu dua tahun lagi saya bisa bergabung lagi dengan timnas U-23 dalam turnamen besar lainnya,” demikian ungkap Irfan seraya menerawang langit-langit.
Perbincangan sore indah yang memberi titik terang akan pertanyaan besar:
Apakah Irfan tidak mau lagi main untuk Indonesia? Jawaban Irfan “Setiap saat Indonesia memerlukan, saya akan datang.” djenol
Tidak ada komentar:
Posting Komentar