Social Icons

Pages

Sabtu, 29 Oktober 2011

Dampak LPI Pada Pemain Keturunan




Sejak PSSI punya pengurus baru, tampaknya sejarah akan berulang kembali. Indonesia akan punya dua liga tertinggi lagi. Di samping satu liga PSSI (PT Liga Prima Indonesia Sportindo,) akan ada liga tandingan (PT Liga Indonesia) yang diduga mulai bergulir 1 Desember.

Djenolgoal berharap semoga saja liga tandingan ISL mengambil hal baik Liga Primer Indonesia (LPI) dahulu dan tidak mengulang kesalahan mereka.

Keturunan=Lokal
Hal baik LPI dahulu adalah membuka pintu bagi pemain keturunan. Pemain asing berdarah Indonesia dipandang sebagai pemain lokal. Contohnya Gaston Salasiwa, tidak memakan kuota pemain asing di Bintang Medan. Kebijakan ini bisa merangsang pemain keturunan untuk merumput di Indonesia, sehingga membuat kompetisi lebih marak dan menyedot lebih besar minat penonton.


Perlakuan Buruk

Sementara itu kesalahan pihak LPI menurut djenolgoal adalah perlakuan buruk terhadap para pemain keturunan Indonesia dari Belanda. Beberapa pemain keturunan asal Belanda begitu saja kontraknya diputus karena Liga Primer Indonesia dibubarkan.


Pemain yang pernah merumput di LPI antara lain Raphael Maitimo, Pascal Heije (Bali deVata), Ferd Pasaribu, Dean dan Bryan Brard (Medan Chiefs), Gaston Salasiwa (Bintang Medan,) Jordy de Kat dan Regilio Jacobs (Tangerang Wolves.) 

Setelah jeda kompetisi LPI, tiga orang menuturkan pada djenolgoal bahwa mereka menerima surat pemutusan kontrak. Dan gaji hanya dibayar satu bulan lagi.


Mereka tidak ada pilihan lain kecuali hanya menerima. Padahal kontraknya rata-rata satu musim. Sebelum teken kontrak di awal 2011 mereka sudah diberitahu  bahwa LPI adalah liga baru yang penuh ambisi. Tetapi disampaikan pula bahwa LPI ‘belum’ diakui sebagai liga resmi.

Resiko
Ketika membubuhkan tanda tangan di kontrak, pemain muda Belanda dengan modal semangat, tidak terlalu memikirkan resikonya. Selama lima bulan di liga LPI mereka bermain maksimal. Jadi tidak heran ketika mereka melihat kompetisi Indonesia sebagai tantangan mengenal sepakbola dan budaya leluhur.


Mereka menikmati pertandingan tandang ke pulau lain dengan perjalanan sampai 10 jam, dari Medan ke Menado. “Itu merupakan pengalaman yang luar biasa,” kata Ferd Pasaribu, mantan bek kanan Medan Chiefs. Kebersamaan dengan rekan pemain dari berbagai bangsa menguatkan ikatan antar budaya. “Pemain Indonesia, Maroko, Prancis, Singapura kami bercampur dalam satu mes dan bermain dalam satu tim. Pengalaman yang bagus,” imbuhnya.

Nurdin Halid
Mereka mengira kompetisi akan berjalan satu tahun, seperti laiknya di negara lain. Tapi situasi berubah pesat sejalan dengan pergeseran pengurus di PSSI. Ketua umum Nurdin Halid tumbang dan konsentrasi para pengelola klub-klub LPI tiba-tiba beralih ke jabatan baru di PSSI.

Sihar Sitorus
Seperti tertulis dalam surat  Sihar Sitorus, pemilik Medan Chiefs, kepada tiga pemain keturunan Belanda. Disebutkan bahwa kotrak di Medan Chiefs tidak bisa dilanjutkan karena LPI berhenti dan jabatan baru Sitorus di PSSI tidak membolehkan punya klub sepakbola.


Pasaribu dan Brard bersaudara tidak bisa apa-apa kecuali menerima. Walaupun dilihat dari kacamata Belanda, pemutusan itu sangat aneh. Di Belanda, setiap pemain sepakbola adalah anggota KNVB, PSSInya Belanda. KNVB akan mengintervensi ketika hak-hak pemain dilanggar dan klub memutus begitu saja kontrak dengan pemain.


Tidak Menuntut
Intinya, mimpi buruk menimpa para pemain muda keturunan Belanda. Walaupun mereka sadar hal itu bisa terjadi. Ketika ditanya apakah tidak ada upaya untuk menuntut hak sebagai pemain, dengan mengadukan ke FIFA atau ke pengadilan, seperti laiknya di Belanda.

Sebelumnya kami memang sudah sadar bahwa LPI tidak diakui FIFA. Jadi organisasi tertinggi dunia pun tidak bisa berbuat apa-apa kepada klub yang bukan anggotanya.”

Mereka juga tidak akan menempuh jalur hukum di Indonesia. Beberapa bulan hidup di Indonesia sudah cukup bisa memberikan gambaran bahwa di negeri itu, segalanya bisa berubah. Dalam tempo yang cepat. “Hari ini bilang A, besok tiba-tiba bisa menjadi B. Daripada kami menghadapi proses yang berubah-ubah lebih baik terima saja,” kata salah seorang yang diputus kontraknya.

Masalah Baru
Pemutusan kontrak pada bulan Juli 2011, menimbulkan masalah baru bagi para pemain asal Belanda. Mereka tidak mungkin lagi bisa mendaftarkan ke KNVB untuk main di musim kompetisi berikutnya, yang ditutup bulan Mei. Beberapa di antaranya sekarang ini tidak punya klub atau hanya bisa ikut latihan di klub amatir. Ada pula yang memilih untuk berhenti sepakbola, ada yang melanjutkan kuliah seperti Brard bersaudara, dan ada pula yang bekerja di bidang lain.


Kecewa
Menurut djenolgoal, walaupun LPI punya niat awal ingin membuat sepakbola Indonesia maju dan lebih profesional, tapi fakta berkata lain. Pemain keturunan Belanda, berangkat dengan ambisi yang tinggi dan akhirnya pulang dengan rasa kecewa. LPI yang sempat berjalan selama lima bulan itu jelas bukan promosi yang baik bagi sepakbola Indonesia.

Jumat, 28 Oktober 2011

ARSIP: Latupeirissa Terbuka Untuk Timnas Garuda

Pada wawancara dengan media Belanda Omroep Gelderland September 2010, Cayfano Latupeirissa, sayap NEC Nijmegen mengatakan dirinya membaca di internet bahwa Indonesia berminat padanya. Walaupun belum mendengar langsung dari PSSI tapi ia menyatakan terbuka.


"Saya baca di internet, tapi belum ada kontak langsung," kata Latupeirissa  kepada Omroep Gelderland sambil menambahkan. "Mengingat saya berlatar belakang Maluku, situasinya agak peka. Tapi kalau mereka minati saya, selalu bisa dibicarakan. Tentu saja saya akan berpikir dengan baik dan minta nasihat ayah."

Masalahnya mungkin terletak soal emosi sejarah, orang Maluku generasi pertama dan kedua masih punya rasa kegetiran soal Indonesia. Tapi sebagai generasi ketiga tampaknya Cayfano sendiri tidak terlalu masalah. "Saya bisa main untuk Indonesia, walaupun saya pernah bermain di timnas junior Belanda."


Itu situasi pada September 2010, bagaimana dengan situasi pada Oktober 2011 ini? Setelah ia mencetak gol perdana untuk NEC mengalahkan FC Volendam pada piala KNVB. Djenolgoal belum sempat kontak striker gesit ini.

Sumber: Radio Nederland

Kebangkitan Cayfano Latupeirissa di NEC

Cayfano Latupeirissa juga berperan penting dalam putaran ke tiga Piala KNVB di Belanda. Gol semata wayangnya memenangkan NEC Nijmegen dari FC Volendam (1-0.) Cayfano adalah pemain keturunan yang sempat didekati PSSI pada 2010 untuk bermain di timnas Garuda.


Pada hari yang sama Joey Suk pemain keturunan Indonesia yang juga sudah menjadi bidikan PSSI untuk timnas, juga morehkan prestasi untuk klubnya Go Ahead Eagles saat menyingkirkan Feyenoord. 

Bagi Latupeirissa, gol tunggal Kamis malam itu sangat istimewa. Inilah gol perdana pemain bernomor punggung 21 ini untuk tim utama NEC. Gol yang tercipta pada menit ke 39 babak pertama ini juga mematahkan rangkaian  kekalahan 6 kali berturut NEC di liga utama Eredivisie. Link ke video gol Latupeirissa.

Pada menit ke 72, Cayfano diganti dengan gelandang Norwegia, Abdisalam Ibrahim mantan pemain Manchester City.

Latupeirissa adalah produk akademi NEC dan ia menyatakan sangat gembira dengan kontribusi golnya yang belakangan terbukti sangat penting.

Latupeirissa bermain di posisi sayap kiri itu menunjukkan punya kecepatan yang luar biasa. Beberapa kali dia menerobos lini pertahanan Volendam. Sebenarnya inilah kali pertama dia mendapat kesempatan menjajal tim utama NEC dan langsung berbuah sempurna. 


Menurut analisa Djenolgoal, Cayfano sangat gembira karena langsung menciptakan gol. Dan gol itu membantu klubnya NEC untuk lanjut ke putaran berikutnya. 

 Baru dua hari sebelum pertandingan dia dikabari akan dipasang di tim utama. Panggilan itu merupakan kejutan, karena Cayfano mengira pemain tengah Navarone Foon yang akan dipasang, seperti ia tuturkan pada ELF Voetbal.

Dengan hasil yang memuaskan ini, maka pemain yang pernah dipanggil untuk timnas Indonesia itu  berharap mendapat kepercayaan dari pelatih Alex Pastoor untuk menjadi starting line-up lawan FC Utrech, Ahad ini.

Kamis, 27 Oktober 2011

Joey Suk Ikut Singkirkan Feyenoord

Pekan ini kejutan di persepakbolaan Belanda terjadi di Deventer. Tim tuan rumah Go Ahead Eagles mengalahkan Feyenoord Rotterdam dalam ajang putaran ke tiga Piala KNVB. Pemain keturunan Joey Suk punya andil dalam duel spektakuler itu.

 

Disaksikan 6500 an penonton, Go Ahead unggul di menit ke 7 berkat tendangan datar Joey Suk dari jarak 20 meter. Bola sempat menyentuh kaki bek lawan dan akhirnya menembus jala pojok kanan gawang Feyenoord yang dijaga Kostas Kamprou.

Unggul satu gol, tim asuhan Joop Gall kemudian memilih bertahan dan mengandalkan serangan balik. Walaupun tim tamu dari Rotterdam mendominasi permainan, tapi mereka jarang menciptakan peluang. 

2-0Bahkan di menit ke 60 an, Suk dan kawan-kawan menggandakan kedudukan menjadi 2-0. Marnix Kolder memanfaatkan pinalti, setelah dirinya dijatuhkan Otman Bakkal di kotak pinalti.

Ketinggalan 2-0 memaksa Feyenoord harus kerja keras dan bermain sungguh-sungguh. Tapi semua bola yang menghujani gawang Go Ahead berhasil dihalau kiper Van der Vlag yang tampil bagus. 

Namun demikian ia tidak bisa menghalangi gol Ron Vlaar, di menit 89: 2-1. Walau terus menekan namun tim asuhan Ronald Koeman tidak bisa menyamakan kedudukan hingga wasit Bramhaar meniup peluit panjang.

Salah satu kunci kekuatan pertahanan Go Ahead, menurut analisa Djenolgoal karena dikomandoi Jan Kromkamp ex-pemain Oranje yang pulang kandang di Deventer menjelang pensiun. Maklum usianya sudah 31 tahun, tapi CB masih cukup bermanfaat untuk Go Ahead.

Di Belanda memang sudah lumrah kalau pemain kembali ke klub 'awal' menjelang pensiun seusai melanglang buana. Mereka menganut pepatah "Setinggi-tinggi bangau terbang... "

Hasil 2-1 ini memiliki tiga dimensi catatan. Pertama Feyenoord yang berlaga di divisi utama, kandas di tangan Go Ahead dari divisi dua. 

Catatan kedua, karena belum lima hari sebelumnya Joey Suk dan timnya, mengalami kekalahan menyakitkan di kompetisi Jupiler dari Sparta Rotterdam (4-1).

Ketiga, Feyenoord sendiri di kompetisi tertinggi Belanda berhasil menahan dan mempermalukan Ajax di stadion ArenA Amsterdam (1-1.) Feyenoord tampil sangat bagus dan sebenarnya lebih lumrah kalau menang dari Ajax, akhir pekan lalu itu.

Dan kalau dipaksakan masih ada catatan ke empat. Mengapa dengan kwalitas Joey Suk yang bagus itu tidak membuat PSSI sekarang melakukan upaya lebih keras merayu gelandang tangguh itu untuk bergabung dengan Garuda?

Kalau saja pemain-pemain keturunan yang merumput di Belanda ini bisa direkrut untuk timnas Indonesia, maka sekarang kita sudah unggul di Grup pra Piala Dunia 2014 dan tinggal memikirkan pertandingan lawan Korea, Australia atau Jepang. 


Artikel terkait:  

Rabu, 05 Oktober 2011

Gio Bangsawan Belanda Asal Maluku

Giovanni van Bronckhorst dan empat mantan pemain tim nasional Belanda Oranje mendapat gelar kehormatan dari Asosiasi Sepak Bola Belanda, KNVB. Penyerahan lencana kehormatan dilakukan langsung Ketua KNVB, Michael van Praag, Rabu 5 Oktober 2011. Untuk kedua kali Gio mendapat gelar bangsawan.





Edwin van der Sar, Frank de Boer, Ruud Gullit, Giovanni van Bronckhorst dan Phillip Cocu dipandang punya kontribusi besar selama bertahun-tahun bagi persepakbolaan Belanda.

"Mereka ini merupakan wajah penting di timnas Oranje selama 25 tahun," tegas Van Praag seraya mensejajarkan gelar ini dengan gelar dari kerajaan ."Mereka adalah duta Oranje."

Gullit menyandang pita kapten timnas Belanda pada tahun 1988 ketika Oranje meraih gelara Juara Euro 1988 di Jerman.  Sementara itu empat lainnya dihargai karena lebih 100 kali membela timnas Oranje Edwin van der Sar 130 caps sebagai pemegang rekor. Ronald de Boer 112 kali membela timnas, Giovanni van Bronckhorst 106 dan Philip Cocu 101 kali membela timnas Merah-Putih-Biru. 

Bagi Giovanni van Bronkhorst, gelar ini bukan kali pertama. Pada 12 Juli 2010 usai Piala Dunia 2010 lalu Giovanni van Bronckhorst dan pelatih Bert van Marwijk juga mendapat gelar bangsawan kerajaan Belanda, "Ridder in de orde van Oranje Nassau."

Selasa, 04 Oktober 2011

Hiariej Tambah 3 Tahun di FC Groningen

Tom Hiariej pemain keturunan Maluku Belanda (23 tahun ) perpanjang tiga tahun kontrak di FC Groningen. Defender dan gelandang bertahan gesit ini menetap di klub asuhan Pieter Huistra sampai musim panas 2015.

Djenol menilai dia sangat  cocok untuk timnas Garuda, kalau PSSI mau? 

 
Hiariej adalah produk asli FC Groningen dan mulai main di tim utama sejak 2007/2008. Ia sudah turun 98 kali dan mencetak tiga goal. Ia sangat gembira dengan perpanjangan kontrak di Groningen. "Niat saya memang dari awal ingin tetap di Groningen. Saya nyaman di sini dengan suasana klub yang asik. FC Groningen secara klub juga sedang dalam perkembangan. Dan saya ingin menjadi bagian dari perkembangan itu," ungkapnya pada Voetbal International.

Henk Veldmate manager teknis juga gembira menyambut kesepakatan ini. "Perkembangan yang baik, jika pemain hasil pembibitan kami sendiri bisa tembus tim utama. Dia (Tom) sudah sejak lama jadi pemain inti di tim utama."

Hiariej punya  ambisi yang jelas di klub liga utama Belanda, FC Groningen. "Ambisi klub sejalan dengan cita-cita pribadi saya. Ini adalah musim ke empat bagi saya, tiga tahun terakhir kita belum berhasil lolos tingkat Eropa. Sekarang ini mungkin sudah waktunya kita harus berhasil meraih tempat di Europe League!" Pungkasnya.  


Sungguh bakat yang bagus. Pelatih timnas Oranje 2005, Ruud Keiser menilai Tom seorang pemain Super Talented: "Dia sangat cepat dan kuat.  Di Groningen main di Center Back, tapi di Oranje saya pasang di kanan. Kelebihan dia satu lagi, mampu membaca moment yang tepat. Membantu serangan ketika dibutuhkan."
 
Blogger Templates