Social Icons

Pages

Senin, 27 November 2006

Robin van Persie Jadi Bapak


Robin van Persie pemain muda timnas Belanda (22 thn), tidak bisa memperkuat Oranje dalam pertandingan persahabatan lawan Inggris, Rabu 15 November 2006.
Tadinya aku nggak tahu kenapa kok Van Persie enggak main. Padahal ia enggak cedera dan sangat dibutuhkan banget untuk Oranje. Apalagi ketika tim asuhan Marco van Basten itu enggak bisa juga mematahkan pertahanan Ashley Cole dkk. Apakah Van Basten uring-uringan lagi, pikirku.. sehingga Van Persi harus didepak dari seleksi. Atau barangkali Robin terlibat aksi "goblok" di luar lapangan seperti ketika tersangkut tindak maksa cewek di hotel.




Aku menjadi lega setelah tahu alasan sesungguhnya.... Ternyata Robin emang harus nungguin sang istri, Bouchraa yang etnik Maroko itu sedang menantikan kelahiran sang buah hati. Betul saja.. pada Kamis dini hari di London, si jabang bayi laki-laki itu lahir di rumah sakit London. Orok sehat itu diberi nama Shaqueel. Orang-orang di Belanda agak bingung, senang dan juga heran dari mana nama Shaqueel itu diambil? Karena itu bukan nama Belanda dan juga bukan nama Maroko.


Aku ingat dulu waktu kecil suka sarungan nonton wayang. Kalau orang Jawa mengenal tokoh pewayangan yang namanya mirip Chakeel. Itu orang Astina yang selalu ditabokin sama Arjuna! Pasti saja Shaqueel dan Chakeel itu berbeda. ET

Selasa, 21 November 2006

Donovan Gelap Soal Bola Indonesia



Donovan Partosoebroto, kiper handal di Ajax junior.


Dia enggak tahu banyak soal sepakbola Indonesia. Dia enggak tahu kalau U-23 yang lagi perang di Qatar, dia enggak tahu kalau di Indonesia bola itu olah raga yang digemari orang.

Dia sering ke Indonesia liburan. Dia bilang katanya kalau ke Indonesia tidak melihat ada lapangan bola atau klub bola. Sekali pernah waktu umur 8 tahun diajak ibunya yang penggila bola itu, nonton pertandingan bola di stadio gede di Jawa Timur. Langsung kapok..kapok..
"Ma.. kita pulang yuk.. aku kasihan sama wasit yang dilempari oleh penonton dan didorong-dorong sama pemain.. kan itu enggak boleh dan kasihan pak wasit.."


Trus belakangan ini dia melihat remaja di Tanah Air pada nongkrongnya di mall-mall dan pujasera. Mereka bukan pada maen bola tapi malah sibuk dengan jempol tangan mijitin HP. SMS an mungkin maksudnya..
Kalau Donovan sendiri boro-boro. Dia memang enggak ada waktu buat itu semua, enam hari seminggu isinya cuman latihan-latihan dan kompetisi sama Ajax. Dia ini line kiper yang handal, refleksnya oke banget. Kata ibunya hidupnya hanya untuk bola, dia tidak bisa membayangkan untuk nyari kerja lain selain menggeluti sepakbola. Desember ini dia ke Jepang bersama tim Ajaxnya ikut turnamen.


Satu lagi, Radja Nainggolan yang di Itali itu dia di lini depan. Kata mantan pelatihnya, termasuk Simon Tahamata, dia posturnya enggak besar, tapi kalau sudah menguasai bola seperti Speedy Gonzales, sulit di hadang! Dia juga gelap banget soal bola Indonesia. Ke Indonesia aja belum pernah.


Mereka ini memang punya porsi latihannya banyak dan enggak manusiawi menurut ukuran adik-adik kita di Indonesia. Aku yakin di Indonesia banyak bakat yang mampu menandingi mereka-mereka ini. 



Lalu bagaimana sekarang untuk menggugah minat mereka tentang bola Indonesia dan bagaimana remaja di Tanah Air bisa terrangsang berbondong2 turun ke lapangan dan tendang-tendang bola. Mana lapangannya? Mana bolanya? Mana sosok contohnya? Itu semua PR yang harus digarap. ET-djenolgoal

Jumat, 17 November 2006

Irfan Memang Apes


Setelah memamerkan paspornya, Irfan pun melanjutkan cerita....


Mensyukuri
Ia mengatakan sangat bangga dengan ke-Indonesianya. Makanya ketika mendapat undangan untuk berlatih bersama dengan timnas yang sedang magang di Belanda itu, ia tidak butuh waktu lama untuk berfikir dan mengiyakannya. Kesempatan seminggu berlatih bersama dengan Timnas U-23, merupakan saat yang sangat dia syukuri. Dia bisa berkenalan dengan para rekan anggota timnas. Dan juga belajar dari pelatih ulung Foppe de Haan dan Harrie Sinkgraven.


Syarat Foppe
Sebelum Irfan diundang untuk latihan bersama itu pelatih maneger Foppe de Haan dalam perbincangan langsung dengan Irfan mengkaitkan syarat bahwa, "Kalau kemampuan kamu (Irfan) hanya sepadan dengan rata-rata pemain timnas Indonesia itu saja, maka kami tidak memerlukan kamu untuk ke Qatar. Kami hanya mencari yang memiliki kwalitas tim 11 inti," kata Foppe.


Bobby Satria
Meskipun awalnya pemuda kelahiran 11 Agustus 1988 itu agak sulit berkomunikasi dengan kawan-kawan U-23 karena Irfan tidak fasih berbahasa Indonesia dan kebanyakan rekannya tidak berbahasa Inggris. Awalnya dirasakan agak canggung bergaul bersama rekan timnas U-23 yang rata-rata lebih tua usaianya. Namun atas bantuan Bobby Satria, setelah dua hari Irfan bisa berkomunikasi dan berkelakar dengan yang lain. Irfan merasa disambut dengan baik. Selama seminggu itu dia tidur satu kamar dengan Bobby, pemain yang paling fasih menguasai bahasa Inggris.


Dinilai Bagus
Setelah latihan bersama seminggu itu, Foppe dalam pembicaraan kemudian, mengatakan bahwa Irfan bermain bagus dan layak masuk 11 besar untuk mempersiapkan ikut ke Qatar. Tapi.. tapi .. . justru saat itulah .. nasib malang menimpa.. Irfan.


Cedera
Dalam pertandingan kompetisi dengan tim nya di Junior A1, enkel kanannya disambar tackle lawan. Sehingga ia mengalami cedera cukup parah. Dokter di rumah sakit menduga ia butuh masa pemulihan selama enam minggu. Dengan kemauan yang keras, akhirnya Irfan mampu sembuh dalam tiga pekan, meskipun belum sepenuhnya.


Masih Bengkak
Terbukti ketika ditemui Rabu 15 November itu, ia menunjukkan enkelnya yang masih tampak agak bengkak. Menurut Irfan, ia masih butuh band untuk membelit kakinya agar bisa bermain all-out di kompetisi bersama Utrecht. Jadi memang cederanya itu sebenarnya butuh waktu pemulihan sekitar 6 minggu. djenol - div

Kamis, 16 November 2006

Irfan Pegang Paspor RI


Rabu 14 November 2006 lalu, seperti yang direncanakan, aku berkunjung ke rumah Irfan Bachdim di Mijdrecht kota kecil antara Amsterdam dan Utrecht.

Dia sendirian di rumah ortunya sore itu, dan menyambut kedatanganku dengan sangat ramah dan polos. Setelah menyeruput teh panas, kita berbincang santai.



Aku datang membawa pertanyaan:
Mengapa dia di Mijdrecht, sementara timnas U-23 di Qatar?
Benarkah dia enggak mau lagi maen untuk Merah Putih?
Jawabannya akan disusulkan dalam posting berikutnya.


Satu hal yang sudah pasti, dia urung pergi membela RI ke Qatar bukan karena alasan paspor. Irfan Bachdim Lahir di Amsterdam Tapi Masih Pegang Paspor Indonesia. ET
 
Blogger Templates